Halo semuanya. Selamat datang di blog gue. Buat kalian yang baru pertama kali singgah ke blog ini, welcome to my mind’s jungle wohoho. Don’t expect too much, I’ll just write down anything that ‘disturb’ my day while trying to figure out some ‘lessons’ behind them, or else randomly.
Baiklah, kali ini aku mau berbagi cerita tentang satu hal yang lumayan menforsir otak belakangan ini. Hal ini bisa dibilang gak pernah aku bayangin seumur hidup akan begini caranya. Yaps, asal mula aku bisa punya riwayat akan berkunjung ke Amerika. Kita flashback sebentar, here we go!
oOo
Dari bangku sekolah dasar, aku emang udah di-doktrin sama ayah untuk kuliah di luar negeri, saat itu tujuannya adalah Malaysia. Ayah yang punya banyak kenalan dari negeri tetangga, sering mendengar desas-desus beasiswa apa saja yang disediakan Pemerintah Malaysia serta Universitas apa saja yang bisa dijadikan tujuan. Singkat cerita, Malaysia terus terngiang di kepala hingga akhirnya aku melanjutkan studi sekolah menengah pertama di Pesantren Tgk. Chiek Oemar Diyan, pesantren modern paling diakui se-Aceh (seeh~). Maka tidak heran, banyak kakak kelasku di Pesantren yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan aliyahnya (setara dengan SMA) lalu melanjutkan studi di luar negeri. Negara yang paling popular saat itu adalah Mesir dan Turki.
Kami yang saat itu masih menjadi santri menerima kiriman foto secara berkala yang dikirim via pos oleh kakak kelas yang melanjutkan studi mereka di luar negeri. Fix, kiriman foto itu berhasil membuat aku iri dan buat aku punya cita-cita untuk belajar di Mesir dan Turki. Jadi, begitulah mulanya aku bisa tergila-gila dengan Azzam di film Ketika Cinta Bertasbih. Oke, lanjut.
Jenjang SMA terlewati. Harapan besar untuk bisa melanjutkan kuliah di luar negeri walaupun aku sudah bukan alumni pesantren masih ada. Namun, dua tahun seleksi diikhtiarkan, selama dua tahun pula tidak dibukakan jalan kesana. Baiklah, aku sudah terbiasa. Lagipula lingkungan kampusku yang sekarang cukup kondusif untuk mengembangkan diri, serta Allah memberikan paket spesial untukku selama berkuliah berupa beasiswa penuh. Life must go on dan cita-cita berkunjung ke berbagai negara masih ada—dan akan selalu ada.
Soal beasiswa yang aku dapatkan selama kuliah, kami para penerima manfaatnya diwajibkan untuk tinggal di sebuah asrama khusus. Dari asrama ini pula, catatan perjalanan ini dimulai.
Banyak wacana yang belum terealisasi dari mimpi-mimpi yang sempat kami ungkapkan bersama di asrama. Seperti nabung untuk umroh bareng, lalu membuka perpustakaan dan bimbel untuk anak-anak tetangga dan banyak lagi. Salah satunya, kami pernah mencetuskan untuk pergi ke Harvard University bersama-sama. Aku yang punya cita-cita mulia ingin berkeliling dunia, tentu senang bukan kepalang. Namun, namanya juga mahasiswa, eksistensi Harvard masih belum benar-benar buat kami ‘yok!’ dibandingkan tugas kampus, tuntutan organisasi di depan mata dan banyak lagi. Apalagi kami merencanakannya untuk bertiga belas. Terlalu luas, tidak spesifik dan gak berani dibayangkan. Yang mencetuskan ini adalah Pembina asrama kami, Teh Juan. Melihat bagaimana realita yang berjalan, maka haluan akan rencana ini dibelokkan sementara. Ide untuk membagi-bagi kami menjadi beberapa bagian yang lebih kecil pun menjadi pilihan. Akhirul kalam, aku dan tim menjadi geng kedua untuk diterbangkan.
source: google |
Jika ada yang bertanya-tanya, dalam rangka apa Alya kesana?
Jadi, tajuk keberangkatan kami ini adalah mengikuti konferensi ilmiah internasional.
Awalnya, paper yang aku ajukan diterima oleh beberapa konferensi di berbagai negara. Paris-France, Istanbul-Turki (yes my love!), Jepang (Hokaido, Tokyo dan Osaka) dan San Diego-Amerika. Hingga bagaimana proses seleksi alamnya aku lupa, akhirnya pilihan ter-fix untuk kita wujudkan adalah Amerika!! Well, I realized that USA is not a game. But, let’s give a try and challenge myself!
Baiklah, aku rasa segini dulu postingan kali ini. Nantikan postingan selanjutnya beserta berbagai struggles yang harus kami taklukkan wohoho. See you!