"Alya dalam rangka apa ke USA?"
"Konferensi itu gimana sih?"
"Fully funded ga Al? Enggak ya?
"Disana kan mahal bangettt Teh, kalo biaya sendiri..."
WKWKWKWKWKWK
Halo semuanyaaa! Di tengah hiruk pikuk menyiapkan proposal usulan penelitian yang gak beres-beres, inilah Alya yang sedang mencoba menuntaskan amanah berbagi pengalamannya ini. Namun sebelumnya, sekaligus ingin minta doa nih, agar urusan akademik Alya dilancarkan dan dimudahkan Allah. Aamiin. Ternyata nge-skripsi sedrama ini wk.
Okay, here we go!
oOo
Tepat jam 12 malam, pesawat landing di John F. Kennedy International Airport. Kita langsung diarahkan menuju imigrasi untuk dilakukan pengecekan dokumen. Sediakan passport di tangan. Untuk melewati imigrasi, umumnya kita bakal ditanya-tanya tujuan ke USA dan pertanyaan sejenisnya. Aku cuma ditanya dalam rangka apa ke US, ikut konferensi perihal apa, dan ke Boston-nya kapan gimana. Selama punya jawaban pasti, ga cengengesan dan serius, pasti aman-aman aja kok (atau mungkin efek penerbangan malam kali ya jadi ga lama-lama banget ngeceknya). Setelah ngambil bagasi, kita langsung diarahin ke arrival gate dan beli kartu internet deh disono. Kartu internet yang ditawarkan sama mbak-mbak yang jualan disana lumayan beragam, tergantung dari masa aktif, jumlah kuota internet-sms-nelpon, dan harganya beda-beda, tergantung provider-nya juga sih kayanya. Sebelumnya kita mau beli paketan roaming aja dari kartu bawaan Indo, tapi setelah dipertimbangkan jatohnya beli kartu disana lebih murah dibanding beli paket roaming. Sebenarnya beda negara akan beda harga paket roaming, jadi aku sarankan untuk dikhatamkan masalah itu selama di Indonesia, karena harganya lumayan juga wohoho.
finally kita nyampe Amerika, teman-teman! |
Malam itu, kita belum punya tujuan harus kemana dan karena udah tengah malam, akhirnya kita memutuskan untuk menunggu pagi di bandara sambil nyari penginapan selama disana. Malam itu, kita berkenalan dengan seorang cleaning service bandara, namanya Eddie. He was so friendly man! Malam itu kita sharing banyak sama doi soal kultur US terutama New York, sekaligus latihan listening dan speaking, berhubung Eddie speak so damn fast dan kumur-kumur plus swaggy gitu haha, jadi effort buat ngomong sama orang asing masih kerasa banget. Dan akhirnya Eddie pamit, karena udah harus mulai kerja. Hingga subuh tiba, kita belum nemu penginapan dengan harga yang cocok di kantong. Status sementara, masih belum jelas wk. Kita memutuskan untuk shalat subuh saja, dan ketika aku dan rombongan sudah bersiap ingin shalat di pojokan bandara, tiba-tiba seorang bapak-bapak berwajah timur tengah sambil bersiwak, menyapa kami dan bertanya bahwa kami ingin sholat, lalu beliau mengarahkan kita kalo di JFK ada Mushala, dan kita caw kesana deh untuk shalat subuh. Setibanya di mushala, for the first time melihat buk-ibuk dan bapak-bapak bulek para (calon) penumpang lain sedang shalat. Dan rasanya, terharu parah! Semenjak transit di China, baru ini kita bertemu lagi dengan muslim yang lain dan sama-sama nyari tempat proper untuk ibadah.
tampak luar Mushala JFK, bagian dalamnya lupa difoto (ada di vlog) |
Kami bertemu kembali dengan Si Bapak siwak itu di mushala. Setelah shalat subuh jamaah, Bapak itu bertanya soal tujuan kita ke US dan akan kemana. Kita pun jujur kalo belum punya tujuan harus kemana untuk beberapa hari ke depan. Qadarullah, tanpa ragu si Bapak menyarankan kami untuk berangkat ke Islamic Cultural Center of New York yang letaknya di Manhattan (bandara JFK letaknya di Queens). Sebenarnya, agenda konferensinya dilaksanakan pada tanggal 20-21 September 2018, tapi kita memang berencana untuk nyampe di US lebih awal supaya bisa adaptasi dulu sama lingkungan sana. Jadi, dalam beberapa hari ke depan, kita keliling daerah New York dan explore beberapa tempat.
ada lima borough di New York; Manhattan, Brooklyn, Queens, Staten Island dan Bronx |
Pagi itu, kita langsung ke Islamic Center. Dari JFK ke Manhattan, kita bisa naik Air train bandara menuju ke stasiun Jamaica. Lalu dari stasiun Jamaica lanjut naik subway ke Manhattan. Untuk biaya airtrain JFK ini dipatok sebesar $5/orang dan untuk KRL/subway/kereta harganya $2,75/orang. Sebenarnya ada beberapa jenis MetroCard yang bisa dibeli. Mulai dari quick pass sekali jalan, MetroCard unlimited 7 dan 30 hari, dan MetroCard reguler. Sebenarnya, kalau mau hemat lebih baik beli yang unlimited 7 hari, hanya dengan $32/orang kita bebas mau naik subway kemana pun, full 7 hari, dan jauh lebih hemat. Tapi karena kita kurang riset, akhirnya kita beli MetroCard reguler yang setiap perjalanan dipotong $2,75/orang. Tapi kabar gembiranya, MetroCard ini bisa dipakai untuk naik subway dan bus kota juga.
MetroCard reguler |
before melihat medan perang |
after naik-turun-transit subway; lelah ceu |
Kita turun dari subway di 96th St station, kebetulan Islamic Centernya pas banget di antara 96th dan 97th Street dan tinggal jalan kaki dari stasiunnya. Walaupun harus geret koper, tapi trotoarnya pun mendukung parah, kalo di Indonesia begini contohnya mah gue langsung nyerah.
Mesjid Islamic Center itu besar dan tinggi menjulang, selain mesjid juga terdapat madrasah yang jadi tempat diadakan pengajian rutin untuk umum dan sekolah agama untuk anak-anak hingga remaja. Setiba disana, kita langsung wudhu dan masuk ke ruang utama mesjid, selonjoran dan nunggu waktu shalat dzuhur. Maklum aja, belum nemu kasur dua malam dan naik subway ga se-simple yang dibayangkan, kita bolak-balik keliling salah satu statiun di New York cuma karena ga ngerti sama cara baca sign-nya dan sambil nyeret koper itu, sesuatu. Saat kita tiba, lagi ada pengajian kecil-kecilan di bagian 'brothers'nya. That time I feel like, beneran gak sih islamophobia di Amerika itu ada? Hari pertama tiba disini aja aku udah bertemu sama banyak sekali saudara seiman yang sedang mengamalkan sunnah. Seumur hidup, aku gak pernah meihat seseorang bersiwak di bandara Indonesia, but I found this case here. And now what, aku tiba di bangunan raksasa tempat ilmu Islam ditularkan kepada semua usia di Amerika. Mana di luar ruang utama mesjid tersedia nasi briyani, susu dan kurma yang gratis dibagikan kepada jama'ah setelah shalat. WOW!
comot dari google; and feel amazed when realized I've been there |
Setelah shalat dzuhur berjamaah, kita dihampiri oleh seorang ibu, nama beliau Mona. Beliau yang mengisi kuliah umum di madrasah Islamic Center setiap hari Ahad. Mrs. Mona ramah sekali, beliau sesenang itu ketika melihat kita untuk kali pertama singgah di Islamic Center, bertanya kabar, bertanya asal, dengan mata yang berbinar dan senyum terkembang luas. Seperti orang lain pada umumnya, beliau bertanya kami tinggal dimana, dan ketika beliau tau bahwa kita baru aja tiba dari Indonesia dan belum punya tempat tinggal, beliau langsung dengan gercepnya nemenin kita ke kantor Islamic Center untuk nyari 'bala bantuan'. Beliau me-lobby pengurus mesjid untuk memberikan bantuan dengan segala cara, padahal kita baru kenal.
Siapa coba yang mau berurusan dan menampung orang asing di rumahnya, begitu pula pengurus di Islamic Center, walaupun Mrs. Mona udah ngotot minta tolong, tapi tetap saja harapan kita tidak berbalas, mereka hanya menyarankan kita untuk ke mesjid Indonesia di Queens, dan akhirnya hari itu kita pulang dengan tangan kosong. Mrs. Mona berpesan agar kita terus memberi kabar, kita mengiyakan.
Sambil nunggu ashar, aku yang dimandatkan sebagai ibu ketua pada 3 hari pertama di New York mengulik-ngulik kembali aplikasi airbnb, nyari tempat bernaung. Akhirnya, pilihan tertuju kepada sebuah rumah yang paling terjangkau harganya yang terletak di daerah Astoria, Queens. Sore itu, kita langsung menuju ke penginapan. Petualangan hari pertama diakhiri dengan remuknya badan dan rasa kantuk tidak tertahan, jetlag belum dibayar. Alhamdulillah, pilihan Alya emang cakep wq. Airbnb yang kita pesan sangaaat nyaman dan serasa rumah sendiri deh pokoknya. Lingkungannya juga asri dan rumahnya kaya rumah di The Sims hahaha. Harganya juga murah jika dibandingkan yang lain, tapi mahal kalau di-ke-rupiah-in, 3 hari 2 malam dipatok 3 juta rupiah. Mantap kan.
Tips kalo kamu nyari penginapan di airbnb, pasang filter sebanyak mungkin. Harga, wilayah, review, rating khatamkan. Pastikan amenities dan fasilitas yang ditawarkan mendukung. Kaya di airbnb kita, disediain setrika, hair dryer, serumah cuma kita berempat jadi bebas mau salto juga, sabun-sabunan juga ada, kulkas peralatan dapur lengkap jadi masak pun bisa, ke stasiun terdekat juga tinggal jalan kaki 5 menit nyampe. Worth it banget alhamdulillah! Oiya, satu lagi. Biasanya di tampilan awal penawaran yang diliatin sama airbnb itu hanya harga sewanya, belum include cleaning and service fee. Jadi harus jeli juga ngeliat opsi yang ditawarin, cari yang harga CS fee nya gak terlalu tinggi.
Lingkungan airbnb kita; I am a big fan of American architecture! |
Hari kedua sudah lebih well planned dibanding hari pertama. Banyak destinasi yang dikunjungi dan alat transportasi juga sudah matang diperkirakan. Destinasi pertama pada hari itu, kita menuju ke komplek WTC, lokasi yang dikenal juga dengan sebutan Ground Zero dan khas banget dengan 9/11 National Memorial and Museum-nya. Tempat dimana sebab islamophobia di Amerika semakin memantik setelah kejadian serangan pada 11 September 2001 yang mengatasnamakan muslim sebagai sebab dari kejadian tersebut. Tragedi kemanusiaan yang merenggut ratusan nyawa manusia yang bekerja di kompleks tersebut bahkan para petugas penyelamat seperti petugas pemadam kebakaran, medis dan polisi.
Aku masih ingat, akhir tahun 2015 lalu aku memaksa Nada dan Dina untuk nemenin aku nonton film Bulan Terbelah di Langit Amerika. Aku baca Novelnya dari SMA dan berhasil buat aku kagum parah sama US karena itu jadi buku pertama yang latarnya di Amerika karena kebanyakan buku yang aku baca, plot-nya di Eropa. Untuk bisa benar-benar berdiri di tempat kejadian 17 tahun lalu itu bikin aku gak henti-hentinya kagum sama jalan cerita yang Allah pilihkan. Ga berani mimpi untuk bisa ke Amerika setelah ditolak sama Turki dan Mesir dua tahun berturut-turut, tapi malah jalan yang Allah pilihkan di bumi sunda ini jadi jalan baru untuk mengunjungi negara adidaya di dunia. Bayangin, sekali jalan, Amerika dan China terlampaui. Alhamdulillah.
Komplek WTC terdiri dari berbagai gedung mewah perkantoran pusat keuangan dunia berputar. Kita berhenti di stasiun subway termahal di dunia, Oculus. Stasiun yang toko mewahnya lebih keliatan dibandingkan gerbang ke subway-nya. Keluar dari Oculus kita langsung dihadapkan dengan gedung-gedung tinggi perkantoran. Di kompleks itu, selain gedung Oculus juga ada tower WTC 2, 3, 4, 5 dan 7, dan pastinya 9/11 museum and memorial-nya. 9/11 memorial yang dimaksud adalah dua kolam besar yang dibangun persis di lokasi gedung kembar WTC dulu. Di pembatas pinggiran kolam ini diukir nama nama korban yang jatuh ketika tragedi belasan tahun lalu. yang biasanya ada mawar putih yang diletakkan di nama-nama tertentu dan aku baru tau kalo mawar putih itu diletakkan pada setiap tanggal lahir orang bersangkutan.
numpang voto |
gedung mewah di sekitaran komplek WTC |
isi dalamnya Oculus ;pintu stasiun, toko mewah, dan Defi |
9/11 Memorial: a place to reflect |
Sesombong-sombongnya aku udah research panjang untuk perjalanan hari itu, ternyata akhir-akhir ini baru tau kalo untuk masuk ke museum 9/11 pada hari selasa itu gratis-tis-tis, which kita pergi kesana pada hari senin dan kita ga masuk ke museumnya gara-gara mahal. Padahal hasil review dari beberapa travel blog dan video bertutur bahwa isi museumnya bagus banget dan feel-nya dapat. Pelajaran untuk kali berikutnya w balik lagi ke US nih (aamiin-in dong). Selepas dari komplek WTC yang tourist attraction pisan, kita lanjut ke Brooklyn bridge yang fenomenal dan megah, banget.
Brooklyn bridge ini adalah jembatan suspensi yang dibangun dari tahun 1868 hingga 1883 dan menghubungkan antara Brooklyn dan Manhattan. Di sebelahnya Brooklyn Bridge ada Manhattan Bridge yang juga menghubungkan Manhattan dan Brooklyn. Akhirnya kita putu-putu disana sambil ngamatin taksi kuning dan mobil-mobil mewah lalu lalang, juga sambil ngamatin sungai dan gedung-gedung pencakar langit New York yang masih berbekas sampai sekarang. Aku seneng banget sama US yang sangat menghargai kebutuhan para warganya. Di tempat umum, bisa dipastikan fasilitasnya ramah untuk disabilitas, maka ga heran ngeliat orang berkursi roda kemana-mana sendiri untuk melanjutkan hidup --bukan ngemis, dan believe me kalo di trek pejalan kaki di Brooklyn Bridge ini dibagi dua bagian, sebelahnya untuk pejalan kaki, sebelahnya lagi untuk sepeda dan skateboard, I am amazed, gaes. Hingga gerimis mulai turun, akhirnya kita turun dari jembatan dan segera melipir ke taman terdekat untuk makan siang lezat bekal dari Indonesia. Taman-taman di New York itu sesuatu banget. Kaya taman yang memang fungsinya untuk kumpul bareng keluarga, untuk ngopi sama temen, atau sekedar duduk sendiri ngamatin tupai ngutipin kacang kayak di tipi. Pokoknya, termanfaatkan habis!
BROOKLYN BRINDGE, I ADORE YA! |
happy face macam gini bentuknya. bagian atas untuk pejalan kaki, bagian bawah untuk mobil-mobilan. |
gedung pencakar langit di lower manhattan dari brooklyn bridge |
Selepas dari Brooklyn Bridge dan makan siang, kita jalan ke China town yang kebetulan ga terlalu jauh. Satu hal yang bikin aku kagum parah sama New York (dan Boston) dan mungkin daerah lain di US adalah trotoar untuk pejalan kakinya luaaaaas banget, bisa dipake mobil lewat. Dan orang-orang sana emang kaya lebih prefer kemana-mana jalan, apalagi daerah turis di lower Manhattan itu deket-deket. Dan, one more fact, they walk sooooo fast, kalo ngikutin ritme jalannya mereka dijamin ngos-ngosan.
Di salah satu taman di daerah China town, lagi ada kumpul-kumpul lucu para kakek nenek etnik china. They're so damn cute! Membuka mata aku kalo umur itu gak jadi batasan. They looked soo tough dan masih nge-alokasiin waktu untuk bercengkrama sama temen-temen sebayanya, menurutku itu keren! Gak jauh dari taman itu, kita masuk ke pertokoan di daerah China Town yang menjual berbagai pernak-pernik oleh-oleh New York dan toko-toko khas chinese-nya. Kalo mau belanja oleh-oleh yang beragam, China Town sepertinya bisa menjadi tujuan. Di sekitaran sini juga banyak toko-toko yang menjual produk kosmetik korea, kaya The Saem, Nature Republic, dan sejenisnya. Tetanggaan sama China Town, ada daerah yang namanya Little Italy, yang kebetulan hari itu lagi ada food bazar khas Italy di sepanjang jalannya. Walaupun kita ga jajan apapun karena ragu sama ingredient-nya yang gatau halal atau gak, at least udah melihat berbagai makanan khas Italy yang cetar membahana dan berukuran segede gaban.
it's all about making time. |
China Town x Little Italy |
gate of the Manhattan Bridge yang tidak sengaja kita temukan! |
Sore itu, kita belum shalat ashar-dzuhur. Setelah cukup berkeliling China Town dan Little Italy dan kaki kita juga udah mulai menyerah dan serasa mau copot, kita langsung mencari mesjid terdekat. Dan langsung menuju ke Mesjid Ar-Rahman sesuai dengan apa yang mesin pencari Google katakan. Mesjid Ar-Rahman itu hanya ruangan di lantai basemen dari dua toko makanan khas Timur Tengah yang lalu dimodifikasi dan menjadi mesjid. Mesjidnya luas dan sangat sederhana, tapi keajaiban-keajaiban yang kita tunggu-tunggu bermula dari sana.
Setelah shalat maghrib-isya, kita beranjak cabut dari Mesjid. Di pintu keluar, mata ini langsung tertuju ke banyak makanan yang dijajakan di atas meja. Maklum, laper. Kita memberanikan diri untuk nanya ke Bapak-Bapak disana perihal hak milik makanan di atas meja, dan ternyata itu adalah makanan gratis untuk orang yang berpuasa sunnah senin-kamis. Walaupun kita lagi ga puasa sunnah, si Bapak ngebolehin kita untuk ngambil makanan yang ada, so heppy dapat makanan gratisan~
bagian dalam mesjid Ar-Rahman |
sekresek merah itu makanan gratisannya....... |
Selagi makan, ada seorang Bapak penjual buku, Mr. Fahim we called him. Beliau nawarin kita kurma, dan berujung ngasih sekotak kurma yang enak banget itu untuk kita. Literally sekotak kurma penuh dan baru dibeli cuy. Selain kurma kita juga dibekelin makanan sekresek gedek, mulai dari roti, kacang, zaitun, banyak banget, bisa dipake untuk sarapan besok plus halal. Lalu Mr. Fahim pun bertanya, dimana kita tinggal dan dalam rangka apa ke US. Kita menjelaskan panjang lebar, juga perihal besok airbnb kita jatuh tempo dan kita belum tau harus kemana. Just like Mrs. Mona, he got shocked. Lalu doi minta nomor telepon kita buat dihubungi karena doi punya kenalan yang punya penginapan harga miring. We are totally excited dan senang, walaupun kita gabisa dan gamau berharap banyak. Lagipula, kita sudah merencanakan untuk berangkat ke Mesjid Al-Hikmah besok untuk mencari bala bantuan wkwk, mesjidnya orang Indonesia yang jaraknya cuma 30 menit kalau jalan kaki dari airbnb.
Malam itu, sebelum balik ke airbnb, kita sempatkan untuk keliling jalan kaki (walau udah lemes parah). Malam itu pula kita ketemu sama Empire State Building yang fenomenal dan yang jadi ciri khasnya New York. Iya, gedung tinggi tempat si Kingkong manjat di pilem ituloh. Dan detik itu, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Bahkan berdiri tepat di depan gedungnya (gabisa masuk, udah tutup, malam). Alhamdulillah.
depan pintu empire state, so heppy! |
empire state of mind--playing |
Lalu, malam itu kita menutup pengalaman bahagia hari kedua menyusuri New York. Kita balik ke airbnb dengan subway, kaki pegel dan pengalaman bahagia.
Kita lanjutkan ceritanya di lain waktu. Nantikan!